Saya pernah menemukan beberapa artikel yang menunjukkan bagaimana cara menghindari kegagalan. Padahal, kenyataannya kegagalan tidak bisa kita hindari. Walaupun demikian, kegagalan bisa kita jadikan pelajaran agar kita bisa lebih maju lagi.

Jadi, menurut saya, lebih tepatnya topik artikel tersebut bukanlah bagaimana menghindari kegagalan, namun bagaimana menjadikan kegagalan tersebut sebagai batu loncatan. Kegagalan harus kita jadikan batu loncatan untuk menuju sukses, bukan kita hindari. Ini sama seperti yang telah dibahas dalam buku dari John Maxwell, Failing Forward.

Di situs Entrepreneur.com, saya pernah membaca kisah sukes dari Chris Reams yang usaha toko pakaiannya, Ichabod’s, hancur bersama ribuan toko dan rumah lainnya karena badai Katrina.

Chris beruntung, karena walau usahanya hancur, dia masih bisa selamat karena saat badai terjadi dia sedang berada di luar kota. Selain itu, Chris juga masih bisa bernafas lega karena masih ada alat screen-printing dan beberapa penunjang usaha lain yang masih tersisa.

Karena ingin segera bangkit, Chris akhirnya memutuskan untuk meluncurkan kembali website untuk tokonya hanya dalam satu minggu, dengan gambar-gambar pakaian yang baru. Dia kemudian bekerja sama dengan saingannya, Funky Monkey, dengan sistem bagi hasil.

Chris mengaku mendapat hikmah dari bencana badai Katrina tersebut, bahwa sejak awal dia seharusnya bertindak dengan lebih cepat dalam usahanya, seperti memperbaiki website miliknya.

Selain Chris Reams, ada lagi seseorang yang bisa belajar dari kegagalannya. Dia adalah Christopher Faulkner, seorang pengusaha jasa web hosting CIhost.com. Christopher bahkan pernah mendirikan 201 korporasi, dan 197 dari bisnisnya tersebut gagal. Dari pengalamannya tersebut, Christopher mengatakan bahwa untuk sukses, kita harus selalu mengalami kegagalan di sepanjang jalan yang kita lalui.

Jadi, kegagalan bukanlah sesuatu yang harus kita takuti. Kegagalan adalah sesuatu yang harus kita hadapi, agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih kuat.