Tak Perlukah Sekolah Jika Ingin Kaya?
Kepopuleran orang-orang sukses secara finansial yang tidak pernah menyelesaikan sekolah telah memberi inspirasi dan motivasi bagi setiap orang yang ingin mencapai tujuan yang sama. Orang-orang sukses tersebut adalah bukti bahwa kaya secara finansial tak perlu diraih dengan tingkat pendidikan tinggi.
Sayangnya, fenomena ini sepertinya justru membuat sebagian orang mengabaikan pendidikan. Ini terjadi karena memang sistem pendidikan di sekolah atau universitas sering kali terlalu mementingkan otak kiri. Akhirnya, banyak para sarjana yang terlalu banyak menganalisa. Namun, apa yang dianalisa justru tentang bagaiman sebuah usaha akan gagal, daripada menganalisa bagaimana sebuah usaha akan sukses.
Tapi, faktanya orang-orang pandai secara akademis juga banyak yang sukses secara finansial. Mereka cuma tak begitu sering di-ekspos karena kisah orang tanpa pendidikan maupun orang miskin yang bisa menadi kaya akan lebih populer dan meng-inspirasi.
Salah satu contoh orang yang pendidikan akademisnya bagus adalah orang terkaya di dunia saat ini, Warren Buffet.
Warren sendiri datang dari orang tua yang juga pengusaha dan investor, dan ia sudah mulai berbisnis sejak kecil, seperti menjual tutup botol dan mengantar koran. Bahkan, usahanya tersebut cukup membuatnya kaya, karena ia bisa mendapat ribuan dollar. Inilah yang membuat Warren malas meneruskan kuliah setelah lulus SMA.
Eits....tapi tunggu dulu!
Ayah Warren kemudian memaksanya untuk kuliah, dan Warren pun bersedia meneruskan pendidikan di Wharton Business School di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat. Pendidikan Warren pun tak berhenti di tengah jalan. Ia lalu meneruskan pendidikannya di Universitas Nebraska, dan mendapat gelar B.S (Bachelor of Science) pada tahun 1950.
Karena masih ingin memperdalam ilmu, Warren sempat mendaftar di universitas terkemuka di dunia, Harvard Business School. Namun, sayangnya ia ditolak karena terlalu muda (suatu alasan yang aneh). Tapi ia tak putus asa, dan kemudian mendaftar di Universitas Columbia. Di sana, ia adalah satu-satunya mahasiswa yang mendapat nilai A+ untuk kelas yang ditangani oleh Ben Graham (seorang investor terkemuka). Tahun 1951, Warren akhirnya mendapat gelar Master dalam bidang Ekonomi.
Karirnya kemudian berlanjut sampai sekarang, yang akhirnya menempatkan Warren sebagai orang terkaya seantero dunia. Namun, kekayaannya yang melimpah tak membuatnya terus hidup enak tanpa memikirkan orang lain. Tahun 2006 lalu, di usianya yang ke-76, Warren menyumbangkan 85% dari hartanya ke yayasan amal.
Warren adalah salah satu bukti nyata bahwa orang pintar bisa menjadi pengusaha sukses yang kaya secara finansial, bahkan bisa menjadi nomor satu di dunia. Jadi, sebaiknya janganlah mengabaikan pendidikan akademis. Apa yang penting adalah, jangan terlalu menomor satukan nilai atau Indeks Prestasi. Dalam salah satu seminar yang pernah saya hadiri, Andrie Wongso juga pernah mengatakan bahwa walau ia bisa sukses tanpa lulus SD, namun ia akan tetap menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin.
Jadi, bagaimana menurut Anda?
sumber: Warren Buffett Biography
Warren Buffet
Sayangnya, fenomena ini sepertinya justru membuat sebagian orang mengabaikan pendidikan. Ini terjadi karena memang sistem pendidikan di sekolah atau universitas sering kali terlalu mementingkan otak kiri. Akhirnya, banyak para sarjana yang terlalu banyak menganalisa. Namun, apa yang dianalisa justru tentang bagaiman sebuah usaha akan gagal, daripada menganalisa bagaimana sebuah usaha akan sukses.
Tapi, faktanya orang-orang pandai secara akademis juga banyak yang sukses secara finansial. Mereka cuma tak begitu sering di-ekspos karena kisah orang tanpa pendidikan maupun orang miskin yang bisa menadi kaya akan lebih populer dan meng-inspirasi.
Salah satu contoh orang yang pendidikan akademisnya bagus adalah orang terkaya di dunia saat ini, Warren Buffet.
Warren sendiri datang dari orang tua yang juga pengusaha dan investor, dan ia sudah mulai berbisnis sejak kecil, seperti menjual tutup botol dan mengantar koran. Bahkan, usahanya tersebut cukup membuatnya kaya, karena ia bisa mendapat ribuan dollar. Inilah yang membuat Warren malas meneruskan kuliah setelah lulus SMA.
Eits....tapi tunggu dulu!
Ayah Warren kemudian memaksanya untuk kuliah, dan Warren pun bersedia meneruskan pendidikan di Wharton Business School di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat. Pendidikan Warren pun tak berhenti di tengah jalan. Ia lalu meneruskan pendidikannya di Universitas Nebraska, dan mendapat gelar B.S (Bachelor of Science) pada tahun 1950.
Karena masih ingin memperdalam ilmu, Warren sempat mendaftar di universitas terkemuka di dunia, Harvard Business School. Namun, sayangnya ia ditolak karena terlalu muda (suatu alasan yang aneh). Tapi ia tak putus asa, dan kemudian mendaftar di Universitas Columbia. Di sana, ia adalah satu-satunya mahasiswa yang mendapat nilai A+ untuk kelas yang ditangani oleh Ben Graham (seorang investor terkemuka). Tahun 1951, Warren akhirnya mendapat gelar Master dalam bidang Ekonomi.
Karirnya kemudian berlanjut sampai sekarang, yang akhirnya menempatkan Warren sebagai orang terkaya seantero dunia. Namun, kekayaannya yang melimpah tak membuatnya terus hidup enak tanpa memikirkan orang lain. Tahun 2006 lalu, di usianya yang ke-76, Warren menyumbangkan 85% dari hartanya ke yayasan amal.
Warren adalah salah satu bukti nyata bahwa orang pintar bisa menjadi pengusaha sukses yang kaya secara finansial, bahkan bisa menjadi nomor satu di dunia. Jadi, sebaiknya janganlah mengabaikan pendidikan akademis. Apa yang penting adalah, jangan terlalu menomor satukan nilai atau Indeks Prestasi. Dalam salah satu seminar yang pernah saya hadiri, Andrie Wongso juga pernah mengatakan bahwa walau ia bisa sukses tanpa lulus SD, namun ia akan tetap menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin.
Jadi, bagaimana menurut Anda?
sumber: Warren Buffett Biography
Warren Buffet
1 Komentar
Ada 2 pendapat yg saling bertolak belakang dari 2 tokoh. Pak Bob Sadino mengatakan "jika ingin sukses, berhenti sekolah dan segera bertindak dalam usaha". Pak Mario mengatakan sebaliknya "jika ada orang yg mengatakan pendidikan itu tidak penting, jangan dengarkan. Capailah pendidikan setinggi mungkin utk kesuksesanmu". Menurut kami pernyataan kedua tokoh tersebut tdk ada yg salah. Bagaimana jika menurut Anda..
BalasHapusIngin menambahkan sesuatu dari posting di atas? Ingin berdiskusi?
Semuanya dipersilakan, namun mohon maaf karena komentar dengan bahasa yang kurang layak ataupun spam tidak akan saya munculkan.
Mohon pengertiannya :-)