Pelajaran Kepemimpinan dari Sun Tzu
Dalam buku The Art of War terjemahan dari Lionel Giles, M.A, dikisahkan bahwa Sun Tzu lahir di negara bagian Ch‘i. Strategi berperangnya menarik perhatian Ho Lu, raja dari Wu. Ho Lu berkata padanya: “Aku telah membaca 13 bab tulisanmu dengan seksama. Bolehkah aku menguji teorimu tentang mengatur pasukan?”

Sun Tzu menjawab: “Boleh.”

Ho Lu bertanya lagi: “Bolehkah pengujian dilakukan pada para wanita?”

Lagi-lagi Sun Tzu menjawab dengan positif, sehingga kemudian diaturlah para wanita untuk keluar istana. Sun Tzu kemudian membaginya menjadi dua kelompok, dan menempatkan dua selir kesukaan sang raja untuk memimpin masing-masing kelompok. Ia kemudian memerintahkan mereka untuk memegang tombak, dan berkata: “Aku rasa kalian sudah tahu beda antara depan dan belakang, tangan kanan dan tangan kiri?”

Wanita-wanita itu menjawab: Ya.

Sun Tzu kemudian memerintahkan mereka untuk melaksanakan perintahnya, seperti ketika ia berkata “belok kiri,” maka mereka harus menghadap ke arah tangan kiri.

Mereka pun meng-iyakan perintah tersebut . Setelah perintah dijelaskan, Sun Tzu mempersiapkan senjata untuk memulai pengujian taktik perangnya. Kemudian, ia memerintahkan mereka “Belok kanan.” Tapi ternyata wanita-wanita itu hanya tertawa. Sun Tzu berkata: “Jika kata-kata dalam perintah tidak jelas, jika perintah tidak bisa benar-benar dimengerti, maka sang jenderal lah yang salah.”

Jadi ia mulai melatih mereka lagi, dan memerintah “Belok kiri.” , tapi ternyata mereka masih juga tertawa. Sun Tzu berkata: “Jika kata-kata dalam perintah tidak jelas, jika perintah tidak bisa benar-benar dimengerti, maka sang jenderal lah yang salah. Tapi jika perintahnya jelas, namun pasukan tidak patuh, maka ini salah pemimpin pasukan.”

Setelah itu, ia memerintah kedua pemimpin kelompok untuk dipenggal kepalanya. Ketika sang raja tahu selir kesukaannya akan dipenggal, ia kemudian memerintahkan Sun Tzu untuk tidak menjalankan hukuman tersebut.

Namun, Sun Tzu tidak menerima perintah sang raja. Kemudian, kepala kedua selir tersebut akhirnya dipenggal, dan mengganti mereka dengan selir yang lain. Setelah itu, pasukan yang ia pimpin melaksanakan semua perintahnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian Sun Tzu mengatakan pada raja bahwa pasukannya sudah patuh, dan akan melaksanakan semua perintah, apapun itu.

Tapi sang raja menjawab: “Biarkan sang jenderal menghentikan latihan dan kembali ke markas. Kami tak ingin memeriksa pasukan itu.”

Sun Tzu kemudian berkata: “Sang raja hanya suka berkata-kata, tapi tidak bisa melaksanakannya.”

Ho Lu kemudian justru melihat Sun Tzu sebagai orang yang tahu bagaimana cara menangani pasukan, dan akhirnya Sun Tzu diangkat menjadi jenderal.

Strategi berperang Sun Tzu tak hanya diterapkan dalam peperangan, namun juga banyak diterapkan dalam masalah bisnis. Sebagian pelajaran yang saya suka dari The Art of War adalah ini:

Ada lima kesalahan berbahaya bagi seorang jenderal (pemimpin):

1. Kecerobohan yang menjurus pada kehancuran
2. Sikap pengecut yang bisa membuatnya tertangkap
3. Sikap mudah marah yang bisa terpancing oleh penghinaan
4. Nikmatnya kehormatan yang peka terhadap hal yang memalukan (ingin dihormati secara berlebihan)
5. Terlalu cemas akan anak buah, sehingga membawa kekhawatiran dan masalah





Gambar: subvertednation.net