Ketika saya masih berada di bangku kelas satu SMP, seorang guru bahasa Indonesia pernah menceritakan bagaimana ia mengartikan sebuah puisi.

Puisi tersebut sangatlah singkat. Bunyi dari puisi tersebut seperti ini:

”Bulan di atas kuburan”

Guru saya lalu menceritakan bagaimana ia menginterpretasi atau mengartikan puisi tersebut. Beliau pun menceritakan betapa rumitnya interpretasi beliau, dengan berbagai pemikirannya yang ”njlimet”.

Nah, daripada guru saya tadi penasaran sendiri, maka beliau pun bertanya langsung pada si pengarang puisi tadi. Ternyata, jawaban si pengarang puisi sangatlah berbeda dari apa yang telah guru saya pikirkan.

Si penulis berkata,

”Ya, karena waktu itu saya sedang berjalan melewati kuburan, dan di atasnya ada bulan.”

........................

Ternyata pemikiran kompleks guru saya sangat jauh dari maksud si penulis puisi.

Ini sama halnya dengan kejadian yang kita alami dalam kehidupan ini.

Semua peristiwa bisa kita maknai sendiri, seperti halnya bagaimana guru saya tadi memaknai puisi yang sebenarnya sederhana, namun ia justru membuatnya menjadi rumit.

Kita pun kadang memaknai sesuatu yang sebenarnya berdampak positif, menjadi sesuatu yang berdampak negatif, sehingga hal tersebut justru benar-benar menjadi negatif karena bagaimana cara kita memaknai hal tersebut.

Anda pasti pernah mendengar kata-kata ini:

”Apakah Anda percaya bahwa Anda bisa atau tidak bisa, Anda benar.”

Dalam artikel sebelumnya mengenai Sam Walton (juga dalam salah satu eBook Fokus: Kunci Anda Menuju Sukses), saya mengatakan bahwa semua orang yang sukses dalam kehidupannya melakukan apa yang dinamakan ”reinterpretasi positif”.

Artinya, ketika menemui hambatan atau kegagalan, mereka akan menginterpretasikan ulang tentang apa yang sebenarnya mereka dapat. Dengan kata lain, mereka selalu mengambil hikmah atau sisi positif dari suatu kejadian yang menghambat mimpi mereka.

Contohnya sederhana.

Jika ada seorang pengusaha yang terpaksa menutup usahanya karena merugi sebesar 500 juta rupiah, maka ia akan berkata.

”Syukurlah usaha itu saya tutup. Sebab, kalau saya lanjutkan terus, kerugian saya justru akan semakin bertambah banyak. Bisa-bisa saya rugi 1 milyar. Nah, sekarang saya tahu kalau usaha tersebut tidak cocok untuk saya. Saya akan menjalankan bisnis lain yang lebih cocok dan lebih saya kuasai”

Contoh lain, Tung Desem Waringin juga pernah berkata, bahwa ketika ia memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan untuk mengejar mimpinya yang lebih tinggi, ia menggunakan kata ”memajukan diri”, bukannya ”mengundurkan diri” dari pekerjaan.

Ia mereinterpretasikan atau memaknai kembali sesuatu yang bersifat negatif menjadi positif.

Wow, itu bagus sekali, bukan?

Nah, ada lagi pengalaman dari Joe Vitale, yang pernah dipecat dari salah satu pekerjaan yang pernah ia jalani dahulu. Ketika ia dipecat, ia lalu berpikir bahwa justru itu adalah hal yang baik bagi dirinya. Mengapa? Karena ia bisa memiliki waktu lebih banyak untuk menulis, yang sebelumnya hanya bisa ia lakukan di sela-sela pekerjaannya.

Ternyata memang benar.

Sekarang Joe Vitale telah menulis banyak sekali buku, dan banyak dari buku-bukunya itu yang telah menjadi best-seller dan sekaligus dapat mengubah hidup jutaan orang di seluruh dunia menjadi lebih baik

Kemudian, kisah yang mungkin sudah tidak asing lagi datang dari Thomas Edison.

Ketika Edison diwawancarai tentang betapa banyaknya ”kegagalan” yang ia alami ketika membuat lampu pijar, ia justru mengatakan bahwa ia tidak gagal. Ia justru mengatakan bahwa ia berhasil mengetahui cara-cara yang tidak berhasil untuk membuat lampu pijar.

Mungkin kalau Edison berpikir bahwa ia telah gagal, ia akan berhenti dan menyerah, dan ia tak akan pernah bisa menjadi penemu lampu pijar.

Jadi, saya ulangi sekali lagi,

”Apakah Anda percaya bahwa Anda bisa atau tidak bisa, Anda benar.”

Cobalah gunakan reinterpretasi positif dalam setiap kejadian yang Anda alami. Saya tahu Anda bisa