Mengubah Kebiasaan dan Mengembangkan DiriJika Anda mau, Anda bisa menghentikan kebiasaan-kebiasaan lama Anda, dan menggantinya dengan kebiasaan baru yang lebih baik. Namun, seperti halnya perubahan-perubahan dalam bidang lain, melakukan hal ini tentu pada awalnya tidak mudah.

Ada banyak orang yang terbiasa berbohong pada diri mereka sendiri dan orang lain. Ini bisa terjadi karena kita hidup dalam dunia yang penuh dengan pendapat, filosofi, teori, spekulasi, dan kesimpulan yang berbeda.

Misalnya, Anda tidak butuh ponsel baru, tapi teman-teman Anda menganggap bahwa ponsel Anda sudah kuno dan perlu diganti. Karena tak mau diejek, Anda membohongi diri sendiri, dan akhirnya membeli ponsel baru yang lebih canggih. Karena sebenarnya Anda tak butuh ponsel baru nan canggih tadi, Anda hanya menggunakannya untuk menelpon dan mengirim sms.

Padahal, untuk bisa mengembangkan diri, sebelumnya Anda perlu jujur dan mengetahui kebenaran tentang diri Anda sendiri. Tak perlu berbohong, temukan kebenaran tentang diri Anda sendiri.

Seperti layaknya bercermin, Anda harus melihat bagaimana sebenarnya diri Anda dalam bayangan yang Anda lihat. Anda perlu jujur, lihat diri Anda seperti halnya apa yang ada di depan mata Anda.

Kalau (misalnya) Anda melihat bahwa selama ini Anda malas, akuilah bahwa Anda malas. Kalau memang selama ini Anda kurang percaya diri, akuilah bahwa Anda kurang percaya diri.

Setelah itu, apa yang bisa Anda lakukan untuk mengubah kebiasaan buruk dan mengembangkan diri?

Ya, ubahlah diri Anda sendiri. Ketika Anda siap melakukannya, maka Anda bisa melakukannya tanpa perlu meminta bantuan orang lain. Anda bisa belajar mengembangkan kualitas-kualitas yang sudah Anda miliki sekarang, seperti harga diri, percaya diri, motivasi diri, dan seterusnya.

Seperti yang saya tulis dalam artikel sebelumnya yang berjudul Mengapa Anda Tak Butuh Sekedar Motivasi, Anda juga perlu memikirkan hal apa yang membuat Anda melakukan apa yang Anda lakukan sekarang ini. Mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan?

Setelah itu, intinya adalah memecah pola lama Anda, dan menggantinya dengan pola baru.

Misalnya, sekarang Anda sudah melihat cerminan diri Anda, dan Anda mengakui bahwa Anda terus saja merasa malas. Jika demikian, apa sebabnya? Mengapa Anda melakukannya? Jika jawabannya adalah karena sering bergaul dengan orang-orang yang malas, maka Anda perlu mencari teman bergaul atau lingkungan yang lain.

Contoh di atas juga bisa berarti bahwa untuk mengembangkan diri, Anda juga bisa melihat teman-teman dan keluarga Anda. Bagaimanakan sikap mereka terhadap Anda selama ini?

Jika teman-teman Anda justru menjatuhkan Anda dan tidak mendukung apa yang Anda lakukan, maka Anda perlu mengambil pilihan. Salah satunya, Anda mungkin perlu menjauhkan diri dari mereka.

Untuk mengembangkan ketrampilan baru dan menyingkirkan kebiasaan lama yang buruk, coba gunakan juga pikiran sadar Anda. Ketika Anda mengamati dan mendengar hal-hal di sekitar Anda, maka Anda sama saja mempelajari hal-hal baru, di mana Anda tak perlu membaca sebuah buku tebal. Anda hanya perlu membuka pikiran Anda untuk menerima hal-hal baru.

Karen Ravn menulis sebuah artikel bagus tentang bagaimana memecah kebiasaan lama di Los Angeles Times. Menurut Ravn, Anda bisa melakukan tips berikut untuk mengubah kebiasaan lama:

1) Hilangkan reward yang Anda dapat dalam kebiasaan lama Anda

Kalau misalnya Anda selalu malas mengerjakan tugas sekolah/kampus/kantor karena ada acara TV yang bagus, maka matikan TV Anda. Acara TV tersebut adalah reward dari kebiasaan lama Anda.

2) Ganti dengan hal baru

Jika Anda biasa berbelanja lebih di akhir pekan, ganti dengan kegiatan baru, seperti berkumpul dengan keluarga di rumah.

3) Pilih dengan bijak

Jika ingin mengganti kebiasaan, pastikan kebiasaan baru Anda tidak terlalu berlebihan, yang justru membuat Anda tidak nyaman.

4) Hindari Risiko

Misalnya jika Anda tidak bisa tidak membeli sepatu ketika melewati toko sepatu, maka solusinya adalah menjauhi toko sepatu, karena kebiasaan dipicu juga oleh situasi atau keadaan di sekitar Anda.

5) Jadilah Spesifik

Anda bisa mengidentifikasi situasi tertentu yang benar-benar bisa memicu kebiasaan buruk Anda. Jadi, mungkin Anda bisa pergi ke toko sepatu, tapi jangan bersama teman yang kecanduan sepatu. Pemicu yang lebih spesifik di sini adalah teman Anda, bukan toko sepatu.

6) Terus Berlatih

Anda ingin menghentikan kebiasaan bergosip, sehingga Anda selalu berlatih dan membiasakan diri untuk tidak bergosip dengan teman Anda, si X. Akhirnya, Anda sudah terbiasa untuk tidak bergosip. Namun, berhati-hatilah jika nanti Anda bertemu si X lagi, karena kebiasaan lama Anda bisa "kumat". Berlatihlah kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja.

7) Beri Reward dan buat Isyarat

Ketika Anda punya kebiasaan buruk tak bisa mengatur keuangan, padahal Anda ingin berlibur ke luar kota atau bahkan ke luar negeri, coba ambil gambar tempat tujuan Anda tersebut. sebagai isyarat. Misalnya Anda ingin ke pantai, ambil gambar dari internet atau dari majalah, dan letakkan di dalam dompet Anda.

Atau, jika Anda misalnya sering melewatkan waktu sholat, Anda bisa memberi diri Anda sendiri reward berupa makanan favorit, atau jalan-jalan ke tempat kesukaan. Tapi awas, jangan terlalu memanjakan diri.

8) Ikuti Niat Baik Anda

Penelitian menunjukkan bahwa sebuah rencana sederhana, ketika Anda memiliki niat "jika nanti" bisa membuat perbedaan besar.

Ini juga bisa berlaku untuk atlit. Dalam suatu penelitian, ketika suatu kelompok pemain tenis diminta untuk membuat pernyataan "jika nanti", lalu menuliskannya, seperti: "Jika saya marah, maka saya akan menenangkan diri dan mengatakan, 'Saya pasti menang!' ", mereka akhirnya bisa bermain baik dalam pertandingan.

9) Melihat Ke Depan

Kebiasan menunda bisa memberi kepuasan instan. Meski Anda tahu Anda akan mendapatkan akibatnya, tapi Anda juga tahu bahwa akibatnya masih "nanti". Jadi, lihat ke depan, dan pertimbangkan apa akibatnya jika Anda menunda sesuatu.

10) Gunakan Kekuatan Tekad

Anggap apa yang Anda lakukan sebagai tes sekuat mana tekad Anda.

Dalam sebuah penelitian, mahasiswa diminta untuk menggenggam dinamometer sekuat-kuatnya dan selama mungkin. Mahasiswa yang menganggap bahwa hal tersebut adalah tes kekuatan tekad bisa menggenggam lebih kuat dan lebih lama daripada yang tidak.

Ketika mahasiswa yang tadinya tidak menganggal hal tersebut sebagai tes mengulanginya lagi dan kal ini menganggapnya sebagai tes, mereka bisa menggenggam dua kali lebih lama.

11) Jangan Percaya Angka

Mungkin Anda pernah mendengar berapa hari atau berapa lama Anda bisa membentuk kebiasaan baru. Jangan percaya, karena Dr. Nora Volkow, direktur National Institute on Drug Abuse mengatakan bahwa tidak ada data untuk itu.

12) Jangan Menyerah

Anda pasti tahu, kalau kegagalan atau jatuh-bangun itu sudah biasa.

Jadi, kalau Anda berusaha berhenti menghentikan kebiasaan untuk menggigit kuku, dan Anda masih melakukannya sekali-kali, itu tak apa. Jangan menyerah dahulu, teruskan saja.

Semuanya terserah Anda, apakah Anda ingin mengubah kebiasaan dan mengembangkan diri atau tidak. Saya cuma bisa memberi Anda kiat atau tip saja, dan Anda perlu mencoba taktik-taktik baru yang bisa membuat Anda berkembang menjadi lebih baik.




Sumber: Tips on breaking bad habits - latimes.com