Mengapa Fokus pada Imbalan Tak Efektif

Berkali-kali Anda mendengar kata-kata bijak yang berbunyi..
“Do what you love and the money will follow.”
Dalam filosofi tersebut, apa yang perlu kita fokuskan adalah “love” atau cinta akan apa yang kita lakukan, bukan “money” atau uang. Kalau kita sudah jatuh cinta pada apa yang kita kerjakan, maka otomatis uang akan datang (meski demikian, tentu ini tergantung pada apa yang kita kerjakan tersebut).
Selain berlaku untuk berapa banyak uang yang akan kita dapat, filosofi tersebut juga bisa diterapkan untuk seberapa efektifkah usaha kita dalam melakukan sesuatu.
OK, saya akan menunjukkan salah satu hasil penelitian oleh Dan Ariely dari Duke University dan James Heyman dari University of St. Thomas, seperti yang ditulis oleh Peter Bregman di Harvard Business Review.
Dalam penelitian tersebut, ada beberapa orang yang diminta untuk menghadap suatu layar komputer. Dalam layar tersebut, ada gambar kotak di sebelah kanan, dan gambar lingkaran di sebelah kiri. Kedua orang tersebut diminta untuk melakukan hal yang sama, yaitu memasukkan gambar lingkaran ke kotak di sebelah kanan sebanyak mungkin dengan mouse sebanyak mungkin selama lima menit.
Bedanya, beberapa orang akan mendapat 5 dolar (sekitar Rp 50.000), dan yang lain ada yang mendapat 50 sen (sekitar Rp 5000) untuk melakukan itu. Sementara, beberapa lagi hanya dimintai tolong, dan tidak akan mendapatkan apa-apa sebagai imbalan.
Coba tebak hasilnya...
Rata-rata orang yang dibayar 5 dolar menarik 159 lingkaran, orang yang mendapat 50 sen menarik 101 lingkaran, dan orang yang hanya dimintai tolong ternyata bisa menarik 168 lingkaran.
Orang-orang sukses telah membuktikan bahwa mencintai pekerjaan, bukan mencintai uang, adalah apa yang membuat mereka berhasil.
Memang kita butuh uang, tapi jangan sampai uang justru membatasi apa yang seharusnya bisa kita lakukan.
Seharusnya orang yang dibayar tadi bisa memasukkan lebih banyak lingkaran, tapi karena imbalan sudah ada di pikirannya, usahanya menjadi kurang.
Bahkan, dalam urusan ibadah pun juga sama. Pernahkah Anda membaca buku “Keajaiban Shodaqoh” karya Muhammad Muhyidin? Dalam buku tersebut, terdapat sebuah kutipan bagus dari Imam Ali bin Abi Thalib yang berbunyi:
Artinya, orang yang merdeka beribadah bukan semata karena menginginkan imbalan atau karena rasa takut. Tapi menginginkan imbalan itu tak masalah. Sebab, Tuhan toh juga menghadiahkan surga bagi hamba-Nya yang berbuat baik.
Namun kita perlu menjadi pribadi yang merdeka, yang tak terbatasi oleh seberapa besar imbalan yang akan kita dapat.
“Do what you love and the money will follow.”
Dalam filosofi tersebut, apa yang perlu kita fokuskan adalah “love” atau cinta akan apa yang kita lakukan, bukan “money” atau uang. Kalau kita sudah jatuh cinta pada apa yang kita kerjakan, maka otomatis uang akan datang (meski demikian, tentu ini tergantung pada apa yang kita kerjakan tersebut).
Selain berlaku untuk berapa banyak uang yang akan kita dapat, filosofi tersebut juga bisa diterapkan untuk seberapa efektifkah usaha kita dalam melakukan sesuatu.
OK, saya akan menunjukkan salah satu hasil penelitian oleh Dan Ariely dari Duke University dan James Heyman dari University of St. Thomas, seperti yang ditulis oleh Peter Bregman di Harvard Business Review.
Dalam penelitian tersebut, ada beberapa orang yang diminta untuk menghadap suatu layar komputer. Dalam layar tersebut, ada gambar kotak di sebelah kanan, dan gambar lingkaran di sebelah kiri. Kedua orang tersebut diminta untuk melakukan hal yang sama, yaitu memasukkan gambar lingkaran ke kotak di sebelah kanan sebanyak mungkin dengan mouse sebanyak mungkin selama lima menit.
Bedanya, beberapa orang akan mendapat 5 dolar (sekitar Rp 50.000), dan yang lain ada yang mendapat 50 sen (sekitar Rp 5000) untuk melakukan itu. Sementara, beberapa lagi hanya dimintai tolong, dan tidak akan mendapatkan apa-apa sebagai imbalan.
Coba tebak hasilnya...
Rata-rata orang yang dibayar 5 dolar menarik 159 lingkaran, orang yang mendapat 50 sen menarik 101 lingkaran, dan orang yang hanya dimintai tolong ternyata bisa menarik 168 lingkaran.
Orang-orang sukses telah membuktikan bahwa mencintai pekerjaan, bukan mencintai uang, adalah apa yang membuat mereka berhasil.
Memang kita butuh uang, tapi jangan sampai uang justru membatasi apa yang seharusnya bisa kita lakukan.
Seharusnya orang yang dibayar tadi bisa memasukkan lebih banyak lingkaran, tapi karena imbalan sudah ada di pikirannya, usahanya menjadi kurang.
Bahkan, dalam urusan ibadah pun juga sama. Pernahkah Anda membaca buku “Keajaiban Shodaqoh” karya Muhammad Muhyidin? Dalam buku tersebut, terdapat sebuah kutipan bagus dari Imam Ali bin Abi Thalib yang berbunyi:
“Sekelompok orang menyembah Allah karena menginginkan ganjaran. Inilah ibadah pedagang. Yang lain menyembah Allah karena takut. Inilah ibadah seorang budak. Kelompok lain menyembah Allah karena rasa syukur. Inilah ibadah orang yang merdeka.”
Artinya, orang yang merdeka beribadah bukan semata karena menginginkan imbalan atau karena rasa takut. Tapi menginginkan imbalan itu tak masalah. Sebab, Tuhan toh juga menghadiahkan surga bagi hamba-Nya yang berbuat baik.
Namun kita perlu menjadi pribadi yang merdeka, yang tak terbatasi oleh seberapa besar imbalan yang akan kita dapat.
0 Komentar
Ingin menambahkan sesuatu dari posting di atas? Ingin berdiskusi?
Semuanya dipersilakan, namun mohon maaf karena komentar dengan bahasa yang kurang layak ataupun spam tidak akan saya munculkan.
Mohon pengertiannya :-)