Jika Saya Harus Memilih Satu Kunci Sukses Saja
Salah satu e-book saya memang berjudul “Fokus: Kunci Anda Menuju Sukses”. Tapi fokus hanyalah salah satu kunci saja. Kalau saya harus memilih satu saja kunci sukses, maka apa yang akan saya pilih adalah:
Mendahulukan untuk membantu orang lain sebelum diri sendiri.
Saya sangat menyukai kutipan dari Zig Ziglar, yang kira-kira bunyinya seperti ini:
Prinsip inilah yang saya coba terapkan dalam hidup.
Betapa tidak, jika kita ingin mendapat apa yang kita inginkan, bukannya diri sendiri yang harus didahulukan. Semua berjalan terbalik.
Ini disebabkan karena kita semua, apapun profesi kita, ada dalam bisnis pelayanan (service business).
Coba lihat kembali.
Seorang presiden melayani rakyatnya.
Seorang guru melayani muridnya.
Seorang musisi melayani penggemarnya.
Seorang pebisnis melayani pelanggannya.
Seorang penulis melayani pembacanya.
Coba saja bayangkan, bagaimana jika seorang pelayan restoran lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Ia tidak menghiraukan pengunjung restoran dan melayani asal-salan saja, sebab ia sudah mendapatkan gaji bulanan yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika ia mementingkan kepuasan sang pengunjung, membantu mereka untuk mendapatkan pengalaman terbaik, maka tentu mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan uang tip.
Orang-orang sukses di dunia melakukannya.
Howard Schultz bisa sukses mengelola Starbucks, karena ia membantu orang-orang yang ingin mendapat “Starbuck’s experience”.
Derek Siver bisa seperti sekarang karena ia berniat untuk membantu musisi-musisi independen menjual musik dengan CD Baby-nya.
The Beatles bisa menjadi band yang legendaries karena mereka melayani penggemar mereka dengan membuat musik yang disukai dan tampil di panggung-panggung untuk menghibur mereka.
Gambar: onlylongbeachfoleclosures.com
Mendahulukan untuk membantu orang lain sebelum diri sendiri.
Saya sangat menyukai kutipan dari Zig Ziglar, yang kira-kira bunyinya seperti ini:
“Anda akan mendapatkan apa yang Anda inginkan jika Anda membantu cukup orang mendapatkan keinginan mereka.” – Zig Ziglar
Prinsip inilah yang saya coba terapkan dalam hidup.
Betapa tidak, jika kita ingin mendapat apa yang kita inginkan, bukannya diri sendiri yang harus didahulukan. Semua berjalan terbalik.
Ini disebabkan karena kita semua, apapun profesi kita, ada dalam bisnis pelayanan (service business).
Coba lihat kembali.
Seorang presiden melayani rakyatnya.
Seorang guru melayani muridnya.
Seorang musisi melayani penggemarnya.
Seorang pebisnis melayani pelanggannya.
Seorang penulis melayani pembacanya.
Coba saja bayangkan, bagaimana jika seorang pelayan restoran lebih mementingkan kepentingan pribadinya. Ia tidak menghiraukan pengunjung restoran dan melayani asal-salan saja, sebab ia sudah mendapatkan gaji bulanan yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika ia mementingkan kepuasan sang pengunjung, membantu mereka untuk mendapatkan pengalaman terbaik, maka tentu mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan uang tip.
Orang-orang sukses di dunia melakukannya.
Howard Schultz bisa sukses mengelola Starbucks, karena ia membantu orang-orang yang ingin mendapat “Starbuck’s experience”.
Derek Siver bisa seperti sekarang karena ia berniat untuk membantu musisi-musisi independen menjual musik dengan CD Baby-nya.
The Beatles bisa menjadi band yang legendaries karena mereka melayani penggemar mereka dengan membuat musik yang disukai dan tampil di panggung-panggung untuk menghibur mereka.
Gambar: onlylongbeachfoleclosures.com
4 Komentar
Membantu orang lain itu memang hal yang baik. Namun jangan sampai diri kita jadi dirugikan. Kalau bisa kita menjadi purnama yang bisa menyinari malam, jangan menjadi lilin yang mampu menerangi malam namun membakar dirinya sendiri.
BalasHapus@dimasangga
BalasHapusAnalogi yang bagus.
Tapi seperti kata Zig Ziglar, kita memang tidak membantu orang agar kita mendapat berkah, tapi jarang sekali kalau kita tidak mendapat berkah dalam prosesnya.
Ini seperti prinsip memberi, di mana tak akan ada orang yang miskin karena memberi/bersedekah.
salam kenal ibu Elsa ,boleh khan ?? saya senang dengan tulisan 2 ibu dan saya kagum anda masih bisa eksis dalam ilmu pengetahuan ..kayaknya saya ingin belajar .. saya sedang belajar membuat blog yaamasih dalam taraf belajar dan mencari ilmu.trims sebelumnya
BalasHapus@indana
BalasHapusSalam kenal juga bu...masa ga boleh sih..he2.
Blognya bagus, terus ngeblog ya
Ingin menambahkan sesuatu dari posting di atas? Ingin berdiskusi?
Semuanya dipersilakan, namun mohon maaf karena komentar dengan bahasa yang kurang layak ataupun spam tidak akan saya munculkan.
Mohon pengertiannya :-)