(Lanjutan PelaPushing To The Front: Pelajaran Sukses Orison Swett Marden #7-#9jaran Sukses Orison Swett Marden #4-#6)

7. Bagaimana Pemuda/i Miskin Mendapat Pendidikan

Di sini, Orison kembali menekankan bahwa keterbatasan tak akan bisa menghalangi seseorang untuk mewujudkan keinginannya.

Gaius B. Frost dahulu memasuki Dartmouth College dengan uang yang hanya cukup untuk membiayai kebutuhan dasarnya. Ia kemudian bekerja sambilan di kebun, dan pernah juga menjadi petugas kebersihan. Ia juga pernah melakukan pekerjaan-pekerjaan lain, seperti menjadi seorang porter di Oak Hill House dan bekerja di sebuah rumah penerbitan di Maine. Itu semua ia lakukan demi mengamankan pendidikannya di bangku kuliah. Meski memiliki banyak pekerjaan sampingan, Frost tetap mampu menduduki peringkat yang memuaskan di kelasnya.

Frederick Douglass dahulu adalah seorang budak yang bekerja di sebuah pabrik. Di sana, mengajarkan budak untuk membaca adalah tindakan kriminal. Tapi, Douglass mampu belajar membaca sendiri dari potongan kertas dan poster yang sering ia lihat.

"Jika seseorang memindahkan seluruh isi dompetnya ke dalam kepala, tak akan ada yang bisa mengambilnya. Investasi dalam pengetahuan selalu memberi bunga yang paling baik." – Benjamin Franklin

8. Jika Dihadapkan dengan Peluang, Apa yang Akan Anda Lakukan?

Anda pasti tahu bahwa tiap kali ada olimpiade, maka obor akan dinyalakan dan diserahkan secara bergilir (torch relay), bukan?

Nah, seperti halnya obor olimpiade, jika obor pembelajaran telah diberikan pada Anda, maka Anda harus memberi jalan terang pada orang-orang yang masih perlu bantuan Anda.

Jika di poin pelajaran Pushing to the Front ke-5 Orison memberi gambaran akan orang-orang yang tak melihat peluang yang ada di mana mereka berada, maka pertanyaan kali ini adalah, apa yang akan Anda lakukan jika peluang sudah ada di depan mata Anda?

Ibaratnya, obor yang ada di tangan Anda tadi adalah peluang. Apa yang Anda lakukan dengan obor tersebut? Mendiamkannya? Memadamkannya? Atau menggunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama?

9. Bundaran yang Masuk di Lubang Persegi

Ini juga sudah saya bahas dalam ”Berpikir Benar, Berpikir Positif”.

Tak akan ada orang yang sukses sebelum mereka menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan keahliannya.

Dahulu, ayah John Jacob Astor menginginkan agar ia bisa meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai tukang daging. Namun, insting bisnisnya terlalu kuat, sehingga JJ Astor pun memutuskan untuk berbisnis dan akhirnya ia menjadi salah satu pionir milyuner di dunia.

Orang tua Michael Angelo dahulu juga tak menginginkan agar anaknya menjadi seniman. Mereka bahkan menghukum anaknya jika ia membuat gambar-gambar di dinding. Namun karena jiwa seninya begitu kuat, ia tak mau menyerah begitu saja. Ia tak mau berhenti sebelum bisa menghasilkan karya-karya seni bernilai tinggi.

Daniel Defoe pernah menjadi pedagang, tentara, sekretaris, manajer pabrik, akuntan, dan pekerjaan-pekerjaan lain sebelum ia menulis maha karyanya yang begitu terkenal, yaitu novel berjudul Robinson Crusoe.

J.J Astor, Michael Angelo, dan Daniel Defoe bukanlah ”bundaran” yang masuk ke dalam ”lubang persegi”. Mereka semua mengikuti kata hati, hasrat, dan keahliannya untuk menjadi yang terbaik di bidang masing-masing.