Tak Ada Gunanya Mengejar Kebahagiaan

Tapi coba pikirkan lagi…
Pernahkah Anda mendengar istilah “the pursuit of happiness” atau “mengejar kebahagiaan”?
Saya tidak setuju dengan istilah tersebut, dan lebih setuju pada kata-kata C.P. Snow (ilmuwan dan penulis Inggris) berikut:
The pursuit of happiness adalah frase yang paling konyol: Jika Anda mengejar kebahagiaan, Anda tak akan menemukannya. ~C.P. Snow
Kalau Anda sudah membaca artikel “Kebahagiaan adakah Pilihan”, pasti Anda mengerti.
Saya sempat menggeleng-gelengkan kepala ketika mendengar presenter acara “Bedah Rumah” membawakan sebuah epilog yang intinya berisi bahwa “butuh kerja keras agar bisa mencapai kebahagiaan”.
Saya pun berpikir, “What?!”
Apakah setelah rumah Anda dibedah Anda baru bisa bahagia? Apakah setelah Anda punya mobil baru Anda bisa bahagia? Dan apakah bahkan Anda perlu “bekerja keras” untuk bisa bahagia?
Saya bilang itu semua, maaf, omong kosong.
Al-Ghazali, seorang filsuf kenamaan dari Persia pernah menulis ”The Alchemy of Happiness”, atau ”Alkimia Kebahagiaan” (alkimia = ilmu membuat emas). Dalam ”formula” Al-Ghazali, hanya ada empat hal yang akhirnya bisa membawa Anda kepada kebahagiaan:
1. Pengetahuan akan diri sendiri (The knowledge of self)
2. Pengetahuan akan Tuhan (The knowledge of God)
3. Pengetahuan akan dunia (The knowledge of this world)
4. Pengetahuan akan akhirat (The knowledge of the next world)
Dari keempat daftar di atas, apakah ada yang menyebutkan bahwa Anda harus memiliki sesuatu dahulu, seperti benda-benda bersifat material, untuk bisa bahagia?
Tentu saja tidak. Semua “bahan” di atas ada dalam diri Anda sendiri, dan Anda tak perlu mencarinya kemana pun.
Menurut saya, kebahagiaan sendiri berbeda dengan kemakmuran (prosperity). Jadi, saya lebih setuju jika saja ada ungkapan yang berbunyi “the pursuit of prosperity”, sebab selain kebahagiaan, kemakmuran juga mencakup hal-hal seperti kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan kelimpahan secara finansial.
Karena itu, konsep yang harus kita semua praktikkan sebenarnya adalah ini:
Bahagia karena bersyukur, bukan bersyukur karena bahagia.
Jadi, Anda tak perlu menunggu mobil baru, rumah mewah, atau jabatan tinggi untuk bahagia. Ikuti saja formula Al-Ghazali, atau lakukan saja apa kata Leo Tolstoy:
If you want to be happy, be. ~Leo Tolstoy
Gambar: rickcardoza.com
2 Komentar
Saya suka sekali statemen :
BalasHapus"Bahagia karena bersyukur, bukan bersyukur karena bahagia..."
Keren mbak :D
saya sepakat soal kebahagiaan itu berbeda dengan kemakmuran atau kesejahteraan, dua hal terakhir di atas lebih mengacu pada taraf hidup secara sosial sedangkan kebahagiaan itu bersifat psikologis.
BalasHapusSaya fikir itulah keadilan Tuhan, jika tidak pasti hanya orang kaya saja yang bisa bahagia :D
Kalau berkenan tolong visit blog ane, sis.
Salam blogger
Ingin menambahkan sesuatu dari posting di atas? Ingin berdiskusi?
Semuanya dipersilakan, namun mohon maaf karena komentar dengan bahasa yang kurang layak ataupun spam tidak akan saya munculkan.
Mohon pengertiannya :-)