Uang dan Hukum Sirkulasi
Apakah Anda termasuk orang yang “takut” mengeluarkan uang?
Dahulu saya pernah memposting satu artikel tentang hal yang sama.
Sekarang, saya ingin mengulangnya kembali dengan cerita yang berbeda.
Misalnya, Anda memiliki uang Rp 5 juta. Anda sebenarnya ingin sekali membeli sebuah smartphone baru karena milik Anda yang lama sudah hampir rusak. Tapi, Anda merasa sayang dengan uang Rp 5 juta Anda tersebut.
Padahal, seandainya Anda menggunakan uang Anda tersebut untuk membeli smartphone baru, apa yang akan terjadi?
Anda membantu diri Anda sendiri, dan sekaligus mendorong pergerakan ekonomi.
Coba bayangkan, jika misalnya Anda membeli smartphone di sebuah toko milik Pak Amir maka ia akan bisa membayar karyawannya, menciptakan lapangan kerja baru, memberi sedekah, dan lain lain.
Saya ingat kata Russell Brunson (Internet marketer) yang pernah memutuskan untuk membeli rumah mewah.
Orang bertanya, "Buat apa membeli rumah semewah itu? Itu tidak adil sementara banyak orang miskin di sekitar!".
Tapi, dengan membeli rumah mahal tersebut, maka Russell bisa membantu si penjual rumah untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan.
Atau, mungkin Anda pernah melihat sebuah film (saya tak tahu judulnya), yang menceritakan bahwa ada seorang supir yang menjadi perantara penjualan tanah milik majikannya. Tanah tersebut harganya mahal bukan main karena letaknya yang strategis. Karena itulah, komisi yang didapatkan juga besar.
Jika misalnya ada yang berpikir, “buat apa membeli tanah semahal itu? Padahal kan masih banyak orang-orang miskin yang rumah pun tak punya?”
Padahal, dengan adanya si pembeli tanah maka sang supir yang tadinya miskin akhirnya bisa mendapat komisi ratusan/milyaran juta yang akhirnya bisa ia gunakan untuk membantu keluarganya dan bahkan bisa ia gunakan untuk naik haji.
Belum lagi dengan lapangan pekerjaan yang bisa ia ciptakan karena tanah tersebut ia pergunakan untuk membangun pusat bisnis.
Anda tak bisa terus menyimpan uang Anda seperti Mr. Chapman.
Scarcity thinking atau berpikir langka justru akan mengekang diri Anda.
Tapi sebelum Anda “menghamburkan” uang lebih banyak, saya ingin Anda mengingat kembali kutipan dari Robert Kiyosaki ini:
Uang tanpa pengetahuan finansial akan cepat hilang. Bukan “mindless spending” yang harus Anda lakukan, tapi Anda juga perlu tahu terlebih dahulu bagaimana mengatur keuangan yang benar.
Sudah seharusnya uang berputar mengikuti hukum sirkulasi / hukum sebab akibat / sunatullah / apapun Anda menyebutnya.
Dahulu saya pernah memposting satu artikel tentang hal yang sama.
Sekarang, saya ingin mengulangnya kembali dengan cerita yang berbeda.
Misalnya, Anda memiliki uang Rp 5 juta. Anda sebenarnya ingin sekali membeli sebuah smartphone baru karena milik Anda yang lama sudah hampir rusak. Tapi, Anda merasa sayang dengan uang Rp 5 juta Anda tersebut.
Padahal, seandainya Anda menggunakan uang Anda tersebut untuk membeli smartphone baru, apa yang akan terjadi?
Anda membantu diri Anda sendiri, dan sekaligus mendorong pergerakan ekonomi.
Coba bayangkan, jika misalnya Anda membeli smartphone di sebuah toko milik Pak Amir maka ia akan bisa membayar karyawannya, menciptakan lapangan kerja baru, memberi sedekah, dan lain lain.
Saya ingat kata Russell Brunson (Internet marketer) yang pernah memutuskan untuk membeli rumah mewah.
Orang bertanya, "Buat apa membeli rumah semewah itu? Itu tidak adil sementara banyak orang miskin di sekitar!".
Tapi, dengan membeli rumah mahal tersebut, maka Russell bisa membantu si penjual rumah untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan.
Atau, mungkin Anda pernah melihat sebuah film (saya tak tahu judulnya), yang menceritakan bahwa ada seorang supir yang menjadi perantara penjualan tanah milik majikannya. Tanah tersebut harganya mahal bukan main karena letaknya yang strategis. Karena itulah, komisi yang didapatkan juga besar.
Jika misalnya ada yang berpikir, “buat apa membeli tanah semahal itu? Padahal kan masih banyak orang-orang miskin yang rumah pun tak punya?”
Padahal, dengan adanya si pembeli tanah maka sang supir yang tadinya miskin akhirnya bisa mendapat komisi ratusan/milyaran juta yang akhirnya bisa ia gunakan untuk membantu keluarganya dan bahkan bisa ia gunakan untuk naik haji.
Belum lagi dengan lapangan pekerjaan yang bisa ia ciptakan karena tanah tersebut ia pergunakan untuk membangun pusat bisnis.
Anda tak bisa terus menyimpan uang Anda seperti Mr. Chapman.
Scarcity thinking atau berpikir langka justru akan mengekang diri Anda.
Tapi sebelum Anda “menghamburkan” uang lebih banyak, saya ingin Anda mengingat kembali kutipan dari Robert Kiyosaki ini:
“Money without financial intelligence is money soon gone."
Uang tanpa pengetahuan finansial akan cepat hilang. Bukan “mindless spending” yang harus Anda lakukan, tapi Anda juga perlu tahu terlebih dahulu bagaimana mengatur keuangan yang benar.
Sudah seharusnya uang berputar mengikuti hukum sirkulasi / hukum sebab akibat / sunatullah / apapun Anda menyebutnya.
Gambar: collectionsplusinc.com
4 Komentar
wah Elsa.. aku belum pernah punya pemikiran seperti ini sebelumnya. trims banget atas postingannya..
BalasHapussangat sangat mencerahkan dan menginspirasi.
oke deh, akan aku terapkan mulai dari sekarang. trims ya..
sangat inspiratif mbak elsa, saya sangat suka membaca tips2 tentang uang dan financial dan ini sangat memberiku inspirasi makasih mbak :D
BalasHapusSangat inspiratif.
BalasHapusTerima kasih
terima kasih banyak atas informasinya,
BalasHapusmoga sukses selalu.
Ingin menambahkan sesuatu dari posting di atas? Ingin berdiskusi?
Semuanya dipersilakan, namun mohon maaf karena komentar dengan bahasa yang kurang layak ataupun spam tidak akan saya munculkan.
Mohon pengertiannya :-)