Impian Belum Tercapai – Ya Sudahlah 


Dulu waktu mendengar lirik lagu “Ya Sudahlah” dari Bondan feat. Fade To Black, sempat saya berpikir,

“Ih, masa nyerah gitu aja sih. Berusaha terus dong.”

Tapi sebenarnya memang begitu lebih bagus. Terutama untuk tujuan atau impian yang bersifat duniawi atau egois semata.

Kita sering melupakan “saat ini” dan terlalu fokus ke tujuan, impian, atau masa yang akan datang. Kadang kita terlalu ngotot tentang bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan mobil baru, rumah baru, penghasilan yang lebih banyak, jalan-jalan ke luar negeri, dll.

Kalau belum terwujud, pikiran rasanya tidak bisa tenang, kalau kata anak sekarang, galau…

Hasilnya, kita justru melupakan “this moment” atau “saat ini” – apa yang kita punya saat ini, dan apa yang bisa kita lakukan saat ini.

Saya ingin bercerita sedikit tentang sisi fangirl saya, atau bisa juga dibilang sisi alay saya…

Sebenarnya agak malu sih, tapi nggak apa-apa deh…

Jadi saya adalah salah satu fans dari band rock Evanescence, dan tentu akan senang sekali kalau bisa bertemu, mendapat tanda tangan, atau berfoto bersama mereka.

Alay banget ya….hehe

Evanescence
Kebetulan tahun 2012 lalu mereka datang ke Indonesia, dan pihak promotor (yang sepertinya sudah tidak aktif lagi karena terkena kasus….) membagikan kesempatan meet and greet dengan mengadakan kuis di Twitter. Waktu itu saya sangat ngat alay dan lebay sehingga saya ingin sekali mendapat kesempatan meet and greet. Mulai dari kuis jawab pertanyaan sampai kuis foto saya ikut. Pokoknya alay dan ngotot deh.

Tapi yah, ternyata keberuntungan bukan milik saya waktu itu.

Perasaan kecewa karena tidak menang kuis itu belum seberapa, dibanding ketika sudah sampai di lokasi konser: saya melihat beberapa orang sudah mendapat tanda tangan dari Evanescence di kaos mereka.

Rasanya hati itu hancurrr….halah…

Maklum, sekali lagi, alay…hehe

Waktu itu saya juga agak kecewa karena menurut saya keseluruhan konser kurang memuaskan. Bagi saya itu bukan karena band-nya, tapi karena pihak promotor yang terlalu banyak mengumbar janji yang tidak terbukti dan selalu lebay dalam memberikan informasi (katanya tiket menipis, padahal ya gitu deh… katanya 22 lagu, padahal ya gitu deh...).

Sesudah konser selesai, saya yang alay masih saja kecewa dan ingat betapa tidak beruntungnya saya karena tidak punya kesempatan meet and greet.

Tapi kemudian saya sadar.

Kalau belum terwujud, ya sudah lah. Everything is gonna be okay :-)

Kalau kata Joe Vitale, tujuan semacam itu datangnya dari ego, dan Tuhan bisa melihat hal lain yang lebih besar dan lebih baik daripada ego kita.

Mungkin kesempatan meet and greet itu lebih berharga buat orang lain, mungkin belum rezeki saya, mungkin saya waktu itu justru akan menjadi lebih alay, atau yang lainnya…. Toh, tujuan utama hidup bukan untuk hal-hal seperti itu. Tujuan hidup adalah untuk beribadah, dan hal seperti itu hanya “bumbu” saja.

Tujuan utama hidup bukan untuk mencari uang, bukan untuk bertemu selebriti, bukan untuk keliling dunia, bukan untuk membeli mobil mewah, dll, tentu saja kecuali semua itu diniatkan dengan ibadah (uang untuk memberi nafkah, bersedekah, membeli hal bermanfaat; mobil untuk bekerja, dll).

Semua tergantung niat :-)

Mobil Terbang!
Di dalam Instant Manifestation, Joe memberi contoh bahwa dulu ia ingin sekali membeli mobil Panoz Esperante terbang (benar-benar bisa terbang, sudah dimodifikasi oleh pemiliknya). Tapi kemudian ternyata ia tahu kalau mobil yang telah diincarnya sudah dibeli orang setengah tahun yang lalu, dengan harga $45,000, jauh lebih murah dari perkiraannya.

Ia sangat, sangat kecewa. Perasaannya sangat galau memikirkan mobil yang sudah terjual 6 bulan yang lalu.

Joe bercerita bahwa ia sangat ngotot untuk bisa membeli mobil tersebut. Tapi kemudian ia menyadari, bahwa tak perlu ngotot untuk hal-hal seperti itu.

Ia berpikir, mungkin kalau sudah punya justru tidak ada tempat parkir, atau mungkin orang yang membeli mobil itu lebih membutuhkan dari dirinya, dan memangnya ia ingin terbang ke mana dengan mobil itu?

Dengan atau tanpa mobil terbang tersebut, ia sudah tidak mempermasalahkan.

Ya sudah lah. Ikhlaskan saja ^^

Joe juga pernah menyarankan untuk berkata “wouldn’t it be cool if”, kemudian kita perlu untuk “let go” atau istilahnya santai, tidak ngotot. Baru kemudian ber-ikhtiar atau berusaha, dan juga ber-tawakkal, menyerahkan semua pada Tuhan.

Punya mobil baru seperti tetangga sebelah pasti menyenangkan, tapi kalau tidak ya tidak apa-apa.

Bisa “membahagiakan” orang tersayang dengan membelikan rumah besar pasti menyenangkan, tapi kalau tidak ya tidak apa-apa. Toh, bahagia tidak perlu menunggu dan tidak tergantung dari rumah besar.

Bisa bertemu artis / selebritis seperti para fans beruntung pasti menyenangkan, tapi kalau tidak ya tidak apa-apa. So what?

Bisa berangkat umroh seperti tetangga sebelah pasti menyenangkan, tapi kalau tidak ya tidak apa-apa. Toh beribadah itu banyak caranya.

Kita berlu bersyukur untuk apa yang sudah kita miliki saat ini, dan kita perlu melakukan apa yang bisa kita lakukan sekarang.

Seperti kata Joe Vitale, yang penting bukanlah ngotot untuk mencapai impian, tetapi keseimbangan antara tindakan dan detachment atau sikap tidak terikat pada impian tersebut.

Oh ya, saya pernah berbagi cerita tentang “Ketika Hasil tak Kunjung Terlihat”, dan itu juga bisa menjadi salah satu pertimbangan relevan.



Foto: stuartpilbrow

---

Update 24 Mei, 2013

Tadi saya baru browsing ketemu ini nih:

"And whosoever putteth his trust in Allah, He will suffice him." (Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.) - Al Qur'an 65:3

Trust di sini bisa juga berarti (definisi saya sendiri lho...) bahwa apapun hasilnya, tidak masalah, percayakan semua pada Tuhan. Cucok deh :-)