Kadang saya suka berpikir masa lalu ketika di masa sekarang.

Bagaimana ya, di zaman dahulu ketika belum ada pesawat terbang, sepeda motor, mobil, dll, transportasi pun hanya dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai hewan?

Kalau sekarang pasti serba mudah dan cepat. Keluarga yang terpisah jarak sekarang bisa lebih mudah ditemui karena mudahnya transportasi dan komunikasi. Silaturahmi menjadi lebih mudah.

Ditambah lagi, segala pekerjaan pasti juga menjadi lebih cepat dan uang juga lebih banyak yang bisa didapat daripada zaman dahulu.

Eh, tapi…

Zaman dahulu mungkin keluarga jaraknya tidak jauh-jauh seperti sekarang. Mungkin lho, karena saya tidak pernah melakukan penelitian tentang hal tersebut.

Jadi, mungkin di zaman dahulu silaturahmi juga mudah.

Kalau masalah uang…yang jelas harga barang juga tidak semahal sekarang…hehehe

Zaman dahulu juga pasti iklan-iklan tidak bertebaran seperti sekarang, sehingga sekarang ini kita cenderung lebih konsumtif.

Oh ya, saya juga suka berpikir betapa enaknya tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta. Banyak hal yang bisa didapat di sana, bahkan orang-orang dari pelosok berbondong-bondong datang ke sana.

Perputaran uang juga banyak di kota metropolitan tersebut. Berbagai fasilitas juga tersedia dengan lengkapnya.

Eh, tapi…

Di kampung tidak macet seperti di Jakarta. Meski perputaran uang lebih sedikit, tapi “godaannya” atau kebutuhan hidup juga lebih sedikit di sini.

Di tempat saya tinggal sekarang ini mal baru ada satu, dan itu pun tidak besar.

Jadi ya, sama saja.

Kemudian kadang saya juga berpikir, betapa enaknya menjadi orang terkenal seperti selebritis misalnya. Sebab, sangatlah mudah membuat orang lain senang.

Coba deh, kalau artis, hanya membalas tweet saja orang bisa senang. Hanya bersalaman saja orang bisa senang. Hanya foto bareng saja orang bisa senang. Perasaan senang itu mungkin bisa tahan berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu, atau bahkan tak terlupakan seumur hidup.

Belum lagi tokoh-tokoh yang bisa mendatangkan rezeki untuk orang lain, padahal kenal pun tidak. Contohnya misalnya orang yang bisa “kecipratan rezeki” dari kemiripanya dengan selebritis atau tokoh terkenal.

Eh, tapi…

Jadi orang terkenal itu juga banyak juga yang benci meski tidak ada niat berbuat buruk. Apa lagi kenal pun tidak, tapi orang-orang bisa benci setengah mati. Wah, gimana rasanya ya?

Tindakan orang terkenal juga bisa “menginspirasi “ masyarakat, termasuk hal yang jelek.

Ah, sama saja.

Hmm…tapi apa yang saya tulis ini ada hubungannya dengan “hamburger Bill Gates”?

Saya cuma ingat salah satu kutipan yang beredar di Twitter, yang pernah dikatakan oleh salah seorang terkaya di dunia itu:

“I can understand wanting to have a million dollars…but once you get beyond that, I have to tell you, it’s the same hamburger” – Bill Gates

Sebanyak apapun uang yang kita punya, hamburger tetaplah hamburger. Sama saja.

Mau makan nasi merah, nasih putih, yang mahal, yang murah, yang begini, yang begitu, tujuannya pada dasarnya sama: menambah tenaga. Nanti juga keluarnya sama….hehehe

Pandangan saya, semua akhirnya kembali ke diri kita sendiri.


 Foto: keithalanjacobs di Flickr