Pemusnahan CD Bajakan di Brasilia


Mengikuti kontes blog memang banyak manfaatnya, selain hadiah tentunya (kalau menang...). 

Di antara manfaat yang saya rasakan adalah munculnya ide menulis artikel baru dan pengetahuan baru.

Saat ini saya sedang mengikuti sebuah kontes, tepatnya Alfamart Official Partner Merchandise FIFA Piala Dunia Brazil 2014, dan di tengah-tengah prosesnya saya jadi tahu sebuah sudut pandang lain dari bisnis bajak-membajak.

Jadi ketika saya meriset artikel, saya baru tahu hal mengejutkan berikut:

Membeli produk bajakan atau produk palsu ternyata bisa berarti kita "berpartisipasi" dalam berbagai tindakan kriminal, termasuk perbudakan, pembunuhan, dan terorisme.

Membeli barang bajakan dengan sengaja bisa jadi berarti kita ikut mendanai berbagai tindakan kriminal. Dengan kata lain, membeli barang bajakan alias ilegal entah itu merchandise olahraga, merchandise band / musisi, DVD, CD, software, tas, jam tangan, dan lain-lain kemungkinan berarti kita termasuk dalam rantai terakhir dalam sebuah tindakan kriminal.

Pembajakan sendiri tidak jarang berhububungan dengan penyelundupan, perbudakan, terorisme, dan berbagai tindakan kejahatan lainnya.

Misalnya, menurut sebuah artikel di Daily Mail terungkap bahwa teroris yang melakukan pengeboman di sebuah kereta di Spanyol yang terjadi tahun 2004 silam dan menewaskan ratusan orang mendanai operasional mereka dengan menjual barang bajakan, yaitu CD dan DVD film Hollywood. Lagi pula, pola pikir atau mindset para pembuat dan penjual barang bajakan tentu tidaklah sama dengan mereka yang dengan jujur dan ikhlas berbisnis. Biasanya mereka ingin hasil yang instan.

Karena itulah mutu barang tidak diperhatikan, yang akhirnya merugikan konsumen. Terutuama untuk produk obat-obatan "bajakan" atau produk kesehatan palsu yang bisa sangat membahayakan bila dikonsumsi. Selain itu, biasanya tempat produksi juga berkualitas buruk dan tidak memenuhi standar keamanan yang bisa membahayakan baik pekerja maupun orang-orang di sekitar tempat tersebut.

Belum lagi pekerja di bawah umur yang dipekerjakan seperti di Thailand, di mana anak-anak kecil dipekerjakan untuk membuat tas mewah palsu. Atau, di Indonesia di mana pekerja di bawah umur dipekerjakan di sebuah pabrik obat palsu di Bandung.

Itu kalau dilihat dari sisi di luar diri kita sendiri.

Dari segi mindset, kita sebagai konsumen yang membeli barang bajakan dengan sengaja menurut saya berarti secara tidak langsung atau secara bawah sadar mengatakan pada diri sendiri bahwa kita tidak layak menggunakan produk yang asli dan berkualitas yang tak jarang harganya tinggi.

"Wah, saya kepingin deh beli DVD original musisi favorit saya. Eh...tapi harganya mahal banget...Kalau gitu saya beli yang KW aja deh, saya kan nggak punya duit. Mending yang murah aja nggak apa-apa. Yang KW memang yang paling pantas buat saya..." 

Begitulah kira-kira apa yang ada di dalam benak kita. Alih-alih mencari solusi, justru memilih jalan pintas.

Ini menjadi lebih parah kalau niatnya hanya ingin mengesankan orang lain.

Lain halnya jika kita terbiasa membeli barang original. Kalau harganya mahal dan uang belum cukup, maka kita akan mendapat semacam "pacuan" dan otak dituntut untuk lebih kreatif menemukan cara bagaimana mendapatkan uang lebih banyak. Kalaupun belum cukup, ya sabar dahulu atau tak usah membeli sama sekali kalau memang tidak mendesak.

Kalau kepepet, ya cari alternatifnya yang lebih terjangkau - yang asli dan bukan bajakan tentunya.

Contohnya ya saya ini...

Saya sebenarnya ingin membeli sebuah DVD impor, tapi uang saya pas-pasan. Maklum, blogger kere (miskin)...hehehe

Salah satu caranya ya saya ikut kontes blog. Kalau uangnya masih belum ada meski sudah usaha ya tidak apa-apa, toh saya nggak bakal mati tanpa DVD itu :-)

Pokoknya saya semakin ogah deh beli barang bajakan.



---

Photo by Roosewelt Pinheiro/ABr (AgĂȘncia Brasil) 
[CC-BY-3.0-br (http://creativecommons.org/licenses/by/3.0/br/deed.en)], via Wikimedia Commons