Ilustrasi


Ketika membaca buku "Islam, Risalah Cinta dan Kebahagiaan" tulisan Pak Haidar Bagir, ada satu cerita (yang kemudian saya ketahui berasal dari buku "Man's Search for Meaning") yang mengingatkan saya sekali lagi tentang pentingnya sudut pandang.

Dikisahkan ada seorang pria tua datang untuk bertemu Dr. Viktor Frankl, seorang psikolog ternama, dan pria itu kelihatan dalam keadaan bersedih dan depresi.

Kepada Dr. Frankl pria tersebut memaparkan apa yang menjadi masalahnya selama ini: ia baru saja ditinggal oleh istrinya untuk selama-lamanya.

Pria itu merasa sangat sedih dan tertekan, karena istri yang begitu dicintainya dan telah hidup bersamanya selama ini telah lebih dahulu meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi teman yang selalu ada untuk saling berbagi. Perasaan pria tua itu sangatlah hancur, serasa hidup sudah tidak ada maknanya lagi.

Setelah ia bercerita kepada Dr. Frankl, sang psikolog pun bertanya,

"Bagaimana jika justru Anda yang meninggal dunia terlebih dahulu, dan istri Anda harus hidup tanpa Anda?"

Mendengar pertanyaan tersebut, pria tadi menjawab,

"Jika itu terjadi, maka pastilah dia akan merasa sedih dan menderita."

Mendengar jawaban sang pria, Dr. Frankl menyambung,

“Kalau begitu, berarti istri Anda telah terhindar dari penderitaan; dan Andalah yang menyelamatkannya dari penderitaan. Tapi sekarang Anda harus membayarnya dengan hidup tanpanya.”

Pria tadi tidak mengatakan apa-apa, tapi ia menyalami Dr. Frankl dan pergi dengan lebih tenang dari sebelumnya.

Secara eksternal tidak ada yang berubah. Istrinya tidak akan kembali lagi, tapi pria tadi telah menemukan makna baru dengan mengubah sudut pandangnya.




Foto:

By Hackfish (Own work) 
[CC BY-SA 2.5, GFDL, CC BY-SA 2.5, GFDL or CC-BY-SA-3.0], via Wikimedia Commons