Klik untuk menonton video


Berikut adalah terjemahan saya subtitle presentasi Prof. Jim Al-Khalili, seorang atheis, di Dubai, Uni Emirat Arab pada acara "World Government Summit" tahun 2016, yang mengingatkan bahwa sains bukanlah konsep Barat, dan apapun kepercayaan atau di mana kita tinggal, bukanlah halangan untuk mencapai kemajuan:

Saya ingin gunakan 30 menit ke depan untuk tak begitu melihat ke masa depan. Tapi melihat ke masa lalu.

Jadi, saya ingin berbicara tentang sebuah zaman ketika bahasa internasional sains adalah bahasa Arab.

Kita sering lupa, bukan hanya di Barat tapi juga di dunia Arab dan Muslim, bahwa selama berabad-abad ketika Eropa berada di Zaman Kegelapan, ada sebuah peradaban dan kecendekiawanan yang berkembang di Kerajaan Islam.

Tahun lalu (2015) telah ditetapkan oleh PBB sebagai Tahun Cahaya Internasional. Mungkin ada tahun-tahun internasional yang lain, karena ada banyak sekali hal yang ingin kita rayakan.

Tapi dalam sains kita merayakan seberapa besar teknologi yang bergantung dari sifat-sifat cahaya telah mempengaruhi hidup kita saat ini.

Dan salah satu alasan untuk memilih 2015 adalah karena dunia memutuskan untuk merayakan pencapaian seorang ilmuwan yang menulis buku 1.000 tahun lalu tentang optik.

Dan saya ingin sedikit ceritakan pada Anda tentang orang tersebut sebentar lagi.

Minat saya dalam bidang ini...Saya adalah profesor fisika teori di Inggris. Tapi saya lahir di Baghdad.

Saya punya ibu dari Inggris, ayah dari Irak. Jadi, dari sisi ayah saya, saya punya peninggalan para cendekiawan besar dari sebuah zaman keemasan yang sangat ingin saya bagikan pada dunia.

Saya menulis buku beberapa tahun lalu, berjudul "Pathfinders" yang telah diterjemahkan ke banyak bahasa.



Di Amerika, diterbitkan dengan judul, "The House of Wisdom". "Bayt al-Hikmah".

Pusat pembelajaran besar, hampir mistis, di Baghdad selama periode Abbasiyah.

Syukurlah, dari buku-buku yang telah saya tulis, ini satu-satunya yang diterjemahan ke bahasa Arab.

Dalam buku itu, saya menggambarkan banyak pencapaian-pencapaian besar dari zaman keemasan sains ini.

Zaman keemasan yang dimulai pertengahan abad ke-9, yang berpusat di sekitar ibu kota Kerajaan Islam, Baghdad, dan ini adalah sebuah zaman yang dimulai dengan gerakan besar penerjemahan dari banyak teks dari Yunani, India, Persia ke bahasa yang saat itu bahasa kerajaan, bahasa Arab.

Hari ini, sejarawan sains menyebut zaman ini sebagai zaman keemasan sains Arab.

Tidak semua cendekia dari Arab, banyak yang dari Persia.

Tak semua cendekia adalah Muslim, banyak yang Kristen dan Yahudi.

Ini adalah periode ketika kecendekiawanan didorong demi kepentingan kecendekiawanan dan pembelajaran.

Dan ini menunjukkan bahwa pencapaian ilmiah tak tergantung dari di bagian dunia mana Anda tinggal. Bagian dari peradaban apa Anda, bahasa apa, budaya apa agama apa yang Anda anut.

Sains adalah tentang bertanya tentang dunia di sekitar kita.

Dan saya pikir penting untuk mengingatkan dunia Arab dan dunia Muslim yang lebih luas bahwa sains waktu itu bukanlah konsep dari Barat.

Meski itulah yang diceritakan pada kita bahkan di sekolah-sekolah di dunia Arab sekarang.

Sains sebenarnya adalah rangkaian kesatuan dari Yunani kuno lalu ke Zaman Keemasan sains Arab ini, sampai Renaissance Revolusi Sains di Eropa.

Saya ingin menyebutkan daftar beberapa favorit saya.

Saya ingat memberi kuliah pada mahasiswa di mana saya menggambarkan pertandingan sepak bola.

Pertandingan sepak bola antara cendekia besar dari dunia Islam dan cendekia besar dari Yunani kuno.

Saya punya Aristoteles dan Plato di lini tengah tim Yunani. Saya punya Ibnu Haitsam dan Ibnu Sina, saya punya Al Khawarizmi sebagai penyerang, ini menyenangkan.

Tapi daftar dari cendekia hebat ini, ada lebih dari 11.

Banyak yang dari Arab, banyak yang dari Persia.

Biarkan saya beri beberapa contoh.



Di kiri atas mungkin adalah ilmuwan pertama di Zaman Keemasan, Jabir bin Hayyan. Ia hidup di abad ke-8. Bahkan sebelum gerakan penerjemahan dimulai.

Ia tumbuh dan bekerja di kota Kuffah, Irak.

Sekarang, ia dianggap oleh sejarawan sains sebagai kimiawan pertama sebenarnya.

Sekarang, kita melihat perbedaan antara kimia, sebuah ilmu pasti, dan alkimia yang merupakan gagasan filosofis yang dibungkus dalam mistisisme, sihir, dan tahayul.

Dan kami pikir keduanya sangat berbeda.

Banyak yang akan berkata, "Oh, ya, tapi Jabir bin Hayyan hanyalah ahli alkimia, bukan ilmuwan sebenarnya."

Mereka lupa bahwa bahasa Arab untuk "chemistry" adalah "al-kimiya".

Dari sinilah muncul kata "alchemy".

Jadi, benar, Jabir bin Hayyan mempraktikkan alkimia, tapi ia juga mempraktikkan kimia, sains yang benar. Ia mencampurkan zat-zat dalam jumlah tepat, ia mempelajari sifat asam dan alkali.

Dan kita tahu sekarang, bahasa Inggris seperti "alcali" dan "alcohol" diserap dari bahasa Arab.

Hunain Bin Ishaq adalah cendekia Kristen di Baghdad.

Saya menaruhnya di bawah gambar mata karena ia...Salah satu hal yang ia lakukan adalah menerjemahkan karya-karya Yunani kuno, terutama fisikawan Yunani besar, Galenus, yang membahas tentang mata.

Jabir bin Hayyan memberikan diagram struktur mata pertama di bukunya. Ia juga merupakan matematikawan hebat.

Saya menyebutkannya untuk menekankan bahwa tidak semua cendekia ini adalah ilmuwan Muslim.

Karena ini adalah periode toleransi, periode inklusivitas.

Waktu itu, Baghdad adalah tempatnya.

Sekarang, cendekia besar mungkin ingin pergi ke Harvard atau MIT di Amerika. Di sana, jika Anda punya ide, apakah Anda filsuf, ilmuwan, teolog, matematikawan, musisi, cendekia apapun, Baghdad adalah tujuannya.

Dan semua kepercayaan, budaya, agama ditoleransi. Karena ada semangat mempertanyakan secara bebas dan rasional.

Al-Kindi, seorang filsuf Arab.

Ia paham dan mempelajari karya filsuf-filsuf Yunani dan menghubungkannya dengan teologi Islam untuk pertama kalinya. Ia adalah pemikir yang mempengaruhi banyak filsuf lain di abad pertengahan. Sampai ke orang-orang seperti Ibnu Sina. Yang kemudian, tentunya, mempengaruhi banyak filsuf Eropa. Ibnu Sina mungkin adalah cendekia paling besar dan terkenal dari cendekia di periode Islam.

Ia adalah Einstein-nya dunia pertengahan. Ia menulis buku tentang kedokteran, "Qanun fi Thib" yang sangat berpengaruh.

Ini adalah buku standar tentang kedokteran selama 6 atau 7 abad di seluruh dunia.

Di Abad Pertengahan, jika Anda ke perpustakaan di Paris, jika Anda ingin belajar kedokteran Anda akan membaca terjemahan Latin "Qanun" dari Ibnu Sina. Ia dikenal di Barat sebagai Avicenna.

Dan tentunya salah satu buku paling terkenal di sejarah dunia adalah buku Al-Khawarizmi tentang aljabar.

Satu kata lagi, "algebra" diserap dari bahasa Arab "al-jabr", "Kitab al-Jabr", "The Book of Completion".

Ini adalah buku pertama yang memberi kita aljabar sebagai sub-bidang baru matematika.

Orang-orang Yunani sangat pandai dalam geometri. Tapi aljabar, cara kita menggunakan persamaan, X dan Y untuk memecahkan masalah sekarang bisa dilacak ke buku Al-Khawarizmi yang ditulis abad ke-9.

Saya punya slide lagi untuk menunjukkan beberapa daftar lagi.

Al-Razi, fisikawan dari Persia lain. Juga kimiawan hebat.

Sekarang di sekolah di manapun di dunia, Anda melihat tabel periodik elemen.

Al-Razi mungkin adalah ilmuwan pertama yang mulai mengelompokkan elemen-elemen dengan benar menurut sifat-sifat fisik dan kimia mereka.

Orang-orang Yunani dahulu percaya hanya ada 4 elemen. Tanah, udara, air, dan api. Bahwa semuanya berasal dari itu.

Al-Razi lebih jauh mengelompokkan garam dan mineral, metal, dan memahami sifat-sifatnya.

Ia juga salah satu orang yang membangun rumah sakit pertama di dunia. Rumah sakit seperti yang kita tahu sekarang, tempat untuk orang sakit, diperiksa oleh dokter di mana ada obat dan perawatan.

Banyak dari kemajuan itu muncul karena pentingnya merawat yang sakit, kebersihan, yang diajarkan oleh Islam.

Jadi agama baru, yang saat itu Islam membantu mendukung dan mendorong banyak dari bidang pengetahuan dan kecendekiawanan ini untuk maju.

Al-Zahrawi adalah fisikawan dan dokter bedah dari Andalusia. Di Spanyol.

Lagi, bagian dari Kerajaan Islam.

Ia mengembangkan dan menemukan banyak alat untuk pembedahan, forceps dan jarum suntik. Alat-alat yang masih kita gunakan sampai sekarang.

Ibnu Al-Nafis adalah seorang anatom dari Suriah.

Ia memberi penjelasan pertama dari sirkulasi darah. Ia adalah orang pertama yang paham bahwa jantung punya sekat.

Darah tidak mengalir dari satu sisi ke yang lain. Harus memutari tubuh.

Kenapa ia tidak diajarkan di sekolah ketika kita belajar anatomi?

Di astronomi, dan saya hanya mendaftar sedikit nama di sini, Al Tusi, Al Battani, Ibnu Al Syatir.

Mereka adalah filsuf besar di Zaman Keemasan yang lalu mempengaruhi orang-orang seperti Copernicus.

Sejarah atau buku sains manapun mungkin sampai baru-baru ini, ketika kita mulai lebih sedikit paham tentang kontribusi ini...buku manapun akan mengatakan Copernicus adalah ilmuwan pertama.

Copernicus memulai revolusi sains. Copernicuslah yang berkata, bumi mengelilingi matahari, bukan matahari mengelilingi bumi. Tapi Copernicus dipengaruhi oleh cendekia-cendekia ini.

Jika Anda melihat buku Copernicus "De revolutionibus", buku luar biasanya tentang astronomi dan melihat sampai ke belakang, ada berhalaman-halaman peta bintang dalam bahasa Arab sampai dari masa Al Battani.

Matematika yang digunakan Copernicus untuk mengembangkan modelnya, ia ambil dari karya Al Tusi dan Ibnu Al Syatir.

Saat itu para cendekia di Eropa mengakui dan memahami kontribusi dari para cendekia ini.

Karya-karya mereka diterjemahkan ke bahasa Latin dan disebarluaskan di seluruh Eropa.

Cendekia manapun di Abad Pertengahan yang ingin belajar astronomi atau kedokteran, aljabar, atau kimia harus pergi ke dunia Muslim untuk mencari tahu penelitian terbaru.

Mereka akan pergi ke Andalusia, ke Toledo, Granada, Cordoba. Mereka ke Baghdad.

Matematikawan besar Italia, Fibonacci, belajar bahasa Arab. Ia mempelajari karya-karya Al-Khawarizmi. Dan dalam buku matematika terkenalnya ia mengakui kontribusi Al-Khawarizmi.

Dan dalam keinsinyuran kita tak boleh melupakan kontribusi Al-Jazari.



Gambar ini Anda yang tinggal di Dubai akan sangat familiar dengan Jam Gajah. Karena dipajang di mall Ibn Battuta, di pusat kota.

Karya besar, bukan hanya dari kreativitas ilmiah tapi juga kreativitas artistik.

Al-Jazari mengembangkan banyak alat-alat berbeda yang membantu pemompaan air, ia mengembangkan pengungkit dan peralatan rumit yang telah maju jauh melebihi apapun yang telah dilihat sebelumnya.

Baru-baru ini saya beruntung bisa melihat buku asli Al-Jazari di Perpustakaan Süleymaniye di Istanbul. Dan hanya melihat diagram berwarna dan melihat detailnya juga perhatian dan kecerdasan dari penemu besar ini sangatlah menginspirasi.

Ini hanya sedikit contoh dari beberapa cendekiawan besar di periode tersebut.

Bahkan dalam geografi. Peta dunia digambar ulang.

Jadi Al-Idrisi mengembangkan peta.

Anda tak akan berpikir bahwa peta ini adalah gambaran yang bagus tentang dunia. Sampai Anda menghargai bahwa waktu itu...Utara ada di bawah halaman dan selatan ada di atas.

Jadi, terimakasih Power Point.



Sekarang, kita mengenali peta dunia.

Detail yang jauh lebih banyak jauh lebih akurat dari yang telah disediakan oleh bangsa Yunani, seperti Ptolemaus.

Dunia Islam dan para cendekia di sana pertama didorong oleh kebutuhan untuk kebutuhan agama mereka untuk memahami dunia. Lagi pula, tak ada teks Yunani yang memberi mereka gambaran Mekah atau Baghdad, contohnya.

Muslim perlu tahu, perlu mengembangkan geometri cukup rumit, untuk paham ke arah mana Anda berdiri untuk beribadah. Di manapun Anda berada di kerajaan yang luas ini.

Ini membutuhkan matematika yang rumit.

Bahkan metode ilmiahnya sendiri. Saya bisa melacaknya ke Zaman Keemasan ini.

Secara tradisional, kita berpikir bahwa bapak dari metode ilmiah adalah orang seperti Galileo atau Francis Bacon atau Rene Descartes.

Ada sebuah kutipan yang sangat menarik.

Biarkan saya bacakan.

"Kita harus membedakan sifat-sifat hal ihwal dan mengumpulkan dengan proses induksi apa yang berkaitan dengan mata yang seragam, tak berubah, jelas dan tak menjadi keraguan. Setelah itu, kita harus meningkatkan dalam pertanyaan dan pemikiran kita secara bertahap dan teratur, dengan mengkritik premis dan menerapkan kehati-hatian dalam berkesimpulan. Tujuan kita adalah ketika memeriksa dan meninjau, kita menerapkan keadilan, bukan mengikuti prasangka. Dan menjaga dalam kita menilai dan mengkritik agar kita mencari kebenaran, dan tidak terpengaruh oleh pendapat."

Itu adalah definisi metode ilmiah.

Itulah bagaimana kita mempraktikkan sains sekarang.

Itu adalah kutipan dari Ibnu Al-Haitsam 1.000 tahun yang lalu.

Kita lupa ini. Dan kita tak boleh lupa.

Jadi bagaimana dengan sains di dunia Arab dan Muslim sekarang?

Pembicara berikutnya, Neil Tyson akan berkata sedikit tentang ke mana sains mengarah dan beberapa statistiknya. Tapi biarkan saya beri pendahuluan singkat.



"Kita semua mengakui masih ada masalah. Lebih dari satu milyar Muslim, sumber daya materi yang luas, kenapa dunia Islam tak terlibat dalam sains dan proses menciptakan pengetahuan baru?...Akal sehat dan prinsip logis dan pikiran adalah satu-satunya pilihan masuk akal kita untuk pemerintahan dan kemajuan. Sebagai ilmuwan, kami paham ini. Tugasnya adalah untuk membujuk yang tak paham."

Ini dari seorang fisikawan dari Pakistan, Pervez Hoodbhoy.

Ia menyoroti sebuah masalah.

Adakah masalah?

Lagi pula, kita melihat di arena yang bagus ini dan kita melihat beberapa kemajuan teknologi di bagian dunia ini.

Dan kita bertanya, apakah mungkin ini prasangkanya sendiri tentang pencapaian di abad-21 di dunia Arab dan Muslim. Tapi saya percaya ada masalah yang perlu kita tangani.

Banyak orang masih memperlakukan sains dengan sedikit kecurigaan. Bahwa bagaimapun ini adalah konsepsi Barat yang dipaksakan pada kita oleh pihak luar.

Para pemimpin dan pemerintah di daerah ini pasti memahami ini. Mereka paham Anda perlu sains dan teknologi untuk kemajuan teknologi.

Meski demikian, statistik menunjukkan hal lain.

Kurang dari setengah persen GDP dari banyak negara Muslim dikeluarkan untuk Riset dan Pengembangan. Ini sangat rendah sekali dibanding negara lain yang maju. Jumlah ilmuwan di dunia Arab, contohnya, atau di dunia Muslim, jauh lebih sedikit dari jumlah rata-rata per kapita di negara-negara maju.

Bagi saya, sebagai seorang ilmuwan peneliti aktif yang lebih penting bukanlah jumlah, tapi kualitas penelitiannya. Kita mulai melihat kemajuan, tapi jalannya masih panjang. Tapi ini bukanlah gambaran yang seluruhnya suram.

Biarkan saya beri tahukan tentang satu atau dua keberhasilan.

Kita bisa memikirkan contoh.

Sebuah universitas riset KAUST di Jeddah, Arab Saudi. Ada di daftar salah satu universitas terbaik di dunia sekarang. Dan ini terjadi dengan sangat cepat.

Jika Anda pikirkan tentang kota pendidikan di Doha atau desa pengetahuan di sini, di Emirat. Jika Anda pikirkan tentang kota akademis internasional.

Semuanya favorit saya. Sesuatu yang mungkin belum pernah Anda dengar.



Ini adalah sebuah laboratorium penelitian bernama SESAME. Sedang dibangun di luar Amman, Yordania. Ini adalah pemercepat partikel. Tak sebesar Penumbuk Hadron Raksasa di CERN di Geneva. Tapi tetap saja penelitian canggih.

Ini adalah fasilitas sinkrotron. Memutarkan partikel di sekitar lingkaran hampir secepat kecepatan cahaya yang mengeluarkan cahaya yang lalu digunakan untuk berbagai bidang penelitian berbeda.

Dalam kedokteran, fisika, kimia, biologi, dan ini sedang dibangun di Yordania.

Dan ini adalah kolaborasi antara banyak negara. Negara-negara, termasuk Palestina, Israel, dan Iran. Banyak negara di wilayah itu.

Teman saya adalah kepala komite yang mengawasi proyek ini.

Dan ia berkata, "Ini adalah satu-satunya kesempatan di luar PBB di mana Anda melihat perwakilan Iran dan Israel di ruangan yang sama bersikap baik satu sama lain."

Karena sains menyeberangi batas budaya dan politik.